FSLDK Bandung Raya In Action

Forum Silaturahim Lembaga Dakwah Kampus Bandung Raya (FSLDK) mengirimkan kader-kader terbaiknya dalam Sarasehan Nasional Aktivis Dakwah Kampus Indonesia di Universitas Gajah Mada (UGM), Yogyakarta, tanggal 28-30 Oktober 2011.

FSLDK Bandung Raya Peduli Bencana

Salah satu bidang yang memperhatikan kondisi korban bencana, salah satunya bencana banjir di Baleendah, Kabupaten Bandung. FSLDK yang terdiri dari seluruh LDK se- Bandung Raya melakukan aksi trauma healing kepada anak-anak, remaja, bahkan orang tua.

SKI IT Telkom, Pusat Komunikasi Daerah (PUSKOMDA) 2010-2012

Sentra Kegiatan islam (SKI) IT Telkom kembali diamanahkan oleh LDK-LDK se-Bandung Raya untuk menjadi Puskomda Bandung Raya dalam masa kerja 2010-2012.

Sejarah Singkat FSLDK

Forum Silaturahhim Lembaga Dakwah Kampus Nasional (FSLDKN) merupakan salah satu bentuk koordinasi dakwah yang berfungsi sebagai sarana bagi terciptanya gerak dakwah yang teratur, terpadu, dan kompak tadi menuju ummatam wahidah. Cikal bakal lahirnya FSLDKN adalah acara yang bernama Saresehan LDK yang diadakan pada tanggal 14-15 Ramadhan 1406 atau 24-25 Mei 1986 oleh Jamaah Shalahuddin UGM, bertempat di UGM, Yogyakarta .

Disaster Management Training

Untuk membekali kader-kadernya dalam menanggulangi bencana, FSLDK mengadakan pelatihan manajemen bencana bekerja sama dengan lemabag-lembaga yang profesional.

Kamis, 08 Maret 2012

Istemewanya Perempuan

International Women Days atau biasa disebut dengan Hari Perempuan Dunia, memang sebagian dari kaum muslim sendiri bersifat antipati dengan adanya hari ini. Tapi bagi sebagian lainnya ini merupakan momentum untuk mengingatkan kita bagaimana istemewanya perempuan dalam kacamata Islam. Seperti beberapa hal berikut yang menjadikan perempuan begitu "istemewa" dalam kacamata Islam. Kurang lebih ada 40 Hal.

1. Ingat surga ada di telapak kaki ibu(perempuan) lho. :)

2. Wanita yang solehah (baik) itu lebih baik daripada 70 orang pria yang soleh.
 
3. Barang siapa yang menggembirakan anak perempuannya, derajatnya seumpama orang yang sentiasa menangis kerana takutkan Allah S.W.T. dan orang yang takutkan Allah S.W.T. akan diharamkan api neraka ke atas tubuhnya.
 
4. Barang siapa yang membawa hadiah (barang makanan dari pasar ke rumah) lalu diberikan kepada keluarganya, maka pahalanya seperti bersedekah.
 
5. Hendaklah mendahulukan anak perempuan daripada anak pria. Maka barang siapa yang menyukakan anak perempuan seolah- olah dia memerdekakan anak Nabi Ismail A.S.
 
6. Wanita yang tinggal bersama anak-anaknya akan tinggal bersama aku (Rasulullah S.A.W.) di dalam surga.
 
7. Barang siapa mempunyai tiga anak perempuan atau tiga saudara perempuan atau dua anak perempuan atau dua saudara perempuan, lalu dia bersikap ihsan dalam pergaulan dengan mereka dan mendidik mereka dengan penuh rasa takwa serta bertanggungjawab, maka baginya adalah surga.
 
8. Daripada Aisyah r.a. “Barang siapa yang diuji dengan se Suatu daripada anak-anak perempuannya, lalu dia berbuat baik kepada mereka, maka mereka akan menjadi penghalang baginya daripada api neraka.
 
9. Apabila memanggil akan engkau dua orang ibu bapamu, maka jawablah panggilan ibumu dahulu.
 
10. Wanita yang taat berkhidmat kepada suaminya akan tertutup pintu-pintu neraka dan terbuka pintu-pintu surga. Masuklah dari mana-mana pintu yang dia kehendaki dengan tidak dihisab.
 
11. Wanita yang taat akan suaminya, semua ikan-ikan di laut, burung di udara, malaikat di langit, matahari dan bulan, semuanya beristighfar baginya selama mana dia taat kepada suaminya dan direkannya (serta menjaga sembahyang dan puasanya).
 
12. Aisyah r.a. berkata “Aku bertanya kepada Rasulullah S.A.W., siapakah yang lebih besar haknya terhadap wanita? Jawab baginda, “Suaminya.” “Siapa pula berhak terhadap pria?” tanya Aisyah kembali, Jawab Rasulullah S.A.W. “Ibunya.”
 
13. Perempuan apabila sembahyang lima waktu, puasa bulan Ramadan, memelihara kehormatannya serta taat akan suaminya, masuklah dia dari pintu surga mana sahaja yang dia kehendaki.
 
14. Tiap perempuan yang menolong suaminya dalam urusan agama, maka Allah S.W.T. memasukkan dia ke dalam surga lebih dahulu daripada suaminya (10,000 tahun).
 
15. Apabila seseorang perempuan mengandung janin dalam rahimnya, maka beristighfarlah para malaikat untuknya. Allah S.W.T. menatatkan baginya setiap hari dengan 1,000 kebaikan dan menghapuskan darinya 1,000 kejahatan.
 
16. Apabila seseorang perempuan mulai sakit hendak bersalin, maka Allah S.W.T. mencatatkan baginya pahala orang yang berjihad pada jalan Allah S.W.T.
 
17. Apabila seseorang perempuan melahirkan anak, keluarlah dia daripada dosa-dosa seperti keadaan ibunya melahirkannya.
 
18. Apabila telah lahir (anak) lalu disusui, maka bagi ibu itu setiap satu tegukan daripada susunya diberi satu kebajikan.
 
19. Apabila semalaman (ibu) tidak tidur dan memelihara anaknya yang sakit, maka Allah S.W.T. memberinya pahala seperti memerdekakan 70 orang hamba dengan ikhlas untuk membela agama Allah S.W.T.
 
20. Seorang wanita solehah adalah lebih baik daripada 70 orang wali.
 
21. Seorang wanita yang jahat adalah lebih buruk dari pada 1,000 pria yang jahat.
 
22. Rakaat solat dari wanita yang hamil adalah lebih baik daripada 80 rakaat solat wanita yang tidak hamil.
 
23. Wanita yang memberi minum air susu ibu (asi) kepada anaknya daripada badannya (susu badannya sendiri) akan dapat satu pahala dari pada tiap-tiap titik susu yang diberikannya.
 
24. Wanita yang melayani dengan baik suami yang pulang ke rumah di dalam keadaan letih akan mendapat pahala jihad
 
25. Wanita yang melihat suaminya dengan kasih sayang dan suami yang melihat isterinya dengan kasih sayang akan dipandang Allah dengan penuh rahmat.
 
26. Wanita yang menyebabkan suaminya keluar dan berjuang ke jalan Allah dan kemudian menjaga adab rumah tangganya akan masuk surga 500 tahun lebih awal daripada suaminya, akan menjadi ketua 70,000 malaikat dan bidadari dan wanita itu akan dimandikan di dalam surga, dan menunggu suaminya dengan menunggang kuda yang dibuat daripada yakut.
 
27. Wanita yang tidak cukup tidur pada malam hari kerana menjaga anak yang sakit akan diampunkan oleh Allah akan seluruh dosanya dan bila dia hiburkan hati anaknya Allah memberi 12 tahun pahala ibadat.
 
28. Wanita yang memerah susu binatang dengan “bismillah” akan didoakan oleh binatang itu dengan doa keberkatan.
 
29. Wanita yang menguli tepung gandum dengan “bismillah”, Allah akan berkatkan rezekinya.
 
30. Wanita yang menyapu lantai dengan berzikir akan mendapat pahala seperti meyapu lantai di baitullah.
 
31. Wanita yang hamil akan dapat pahala berpuasa pada siang hari.
 
32. Wanita yang hamil akan dapat pahala beribadat pada malam hari.
 
33. Wanita yang bersalin akan mendapat pahala 70 tahun solat dan puasa dan setiap kesakitan pada satu uratnya Allah mengurniakan satu pahala haji.
 
34. Sekiranya wanita mati dalam masa 40 hari selepas bersalin, dia akan dikira sebagai mati syahid.
 
35. Jika wanita melayani suami tanpa khianat akan mendapat pahala 12 tahun solat.
 
36. Jika wanita menyusui anaknya sampai cukup tempo(2½ thn),maka malaikat-malaikat dilangit akan khabarkan berita bahwa surga wajib baginya. Jika wanita memberi susu badannya kepada anaknya yang menangis, Allah akan memberi pahala satu tahun solat dan puasa.
 
37. Jika wanita memicit/mijat suami tanpa disuruh akan mendapat pahala 7 tola emas dan jika wanita memicit suami bila disuruh akan mendapat pahala 7 tola perak.
 
38. Wanita yang meninggal dunia dengan keredhaan suaminya akan memasuki surga.
 
39. Jika suami mengajarkan isterinya satu masalah akan mendapat pahala 80 tahun ibadat.
 
40. Semua orang akan dipanggil untuk melihat wajah Allah di akhirat, tetapi Allah akan datang sendiri kepada wanita yang memberati auratnya yaitu memakai purdah di dunia ini dengan istiqamah.
 
Tapi mengapa penghuni neraka kebanyakan kaum hawa(perempuan)?
 
Diriwayatkan oleh Ibn Abbas (ra):

Nabi (saw) berkata: “Aku melihat api neraka dan penghuni terbanyak di dalamnya adalah dari kalangan wanita yang tidak bersyukur. “Lantas shabat bertanya, “Apakah karena mereka tidak beriman kepada Allah?”, RasulAllah menjawab, “Mereka tidak tahu berterima kasih kepada suami-suami mereka dan pula tidak bersyukur terhadap pertolongan dan kebaikan yang di berikan kepada mereka. Jika kalian melakukan kebaikan kepada mereka, maka dia berkata. “Saya tidak pernah menerima kebaikan apapun dari kamu” (Kitab Sahih Bukhari, Kitab Iman, Volume 1, Kitab 2, Nomor 28)

Lantas apa yang salah dari perkataan-perkataan nabi (saw) diatas?

Nabi besar Muhammad (saw) sangat spesifik mengenai kriteria wanita macam apa yang akan lemparkan keneraka. Alasannya adalah karena banyak wanita yang tidak menghargai suami-suami mereka. Apa yang baik dari seorang istri yang tidak menghargai suaminya, dan tidak memperdulikan suaminya? Jika suaminya melakukan sesuatu yang tidak baik terhadapnya maka ia mengingatnya seumur hidup, namun bila melakukan sesuatu yang baik maka ia pun melupakan begitu saja dan tidak menghargainya?

Wanita-wanita macam itu tidak di terima di dalam Islam. Wanita di dalam Islam wajib menghormati suaminya dan berbuat baik padanya. Seorang wanita yang tidak menghargai suaminya, maka suaminya hanya dianggap sebagai budak pekerja yang hanya di tuntut untuk memenuhi kebutuhannya dan anak-anaknya!

Islam tidak mengeneralisasi semua wanita. Perkataan dari hadis tersebut sangat SPESIFIK dan hanya membicarakan (ditujukan kepada) segolongan wanita, dan bukan kepada semua gender wanita!
 
Dan Islam adalah agama yang menghormati dan memberikan wanita penghargaan tinggi:
Allah SWT menyerukan di dalam Al Quran untuk memperlakukan dengan ma’ruf dan melindungi kaum wanita, “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri” (Quran An Nisaa 4:34)
 
Allah SWT menyerukan pula untuk mencintai dan menghormati hak wanita, “.Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita dengan jalan paksa dan janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji yang nyata. Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.”(An Nisaa 4:19)
 
Allah SWT mensejajarkan antara pria dan wanita: “Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak-anak lelaki kepada siapa yang Dia kehendaki” (Asy Syuura 42 :49)
Sekarang, kita melihat perkataan-perkataan nabi Muhammad (saw) berkenaan kaum Hawa:
Nabi Muhammad (saw) mengatakan: “Jika seorang ayah mendidik putrinya dan memperlakukannya dengan ma’ruf maka dia akan di lindungi dari api neraka.”
 
Pula dalam hadis lain beliau (saw) berkata: “Mencari ilmu adalah wajib bagi setiap Muslimin dan Muslimah.” Hadis ini pula mengindikasikan equality antara pria dan wanita di dalam Islam.
“Seorang pria bertanya kepada Nabi (saw): Siapa yang wajib aku hormati lebih utama?” Beliau menjawab:”Ibumu”. Dan siapa selanjutnya?’ tanyanya lagi. Nabi (saw)pun menjawab:’Ibumu’. ‘Siapa selanjutnya?’ tanya pria tersebut kemudian. Nabi (saw) menjawab. ‘Ibumu!’. ‘Dan siapa selanjutnya’, tanya pria itu kemudian. Nabi menjawab: ‘Ayahmu’. (Bukhari dan Muslim)”
Di hadis yang lain nabi mengatakan: “Surga di bawah telapak kaki ibu”.
wallahu'alam bishowab.

#IWD (International Women Day)

disadur dari beberapa sumber. :)

Rabu, 07 Maret 2012

Hidup Sederhana Kok Malu

Kemarin, secara tak sengaja saya menonton acara “Mamah Dedeh on the street” dan dengan tema yang cukup menarik perhatian saya yaitu Jangan malu hidup sederhana. Mungkin terdengar tak bermakna apa-apa atau bahkan hanya menjadi lalu lalang bagi yang tak memperhatikannya. Tapi sesungguhnya makna kalimat tersebut sangatlah dalam.

Kalimat itu mengingatkan saya akan kesederhanaan yang teramat sangat yang di alami oleh Junjungan kita Rasulullah Muhammad Shalallahu ‘alaihi wassalaam.
Dalam suatu kisah Rasulullah :

Suatu hari ‘Umar bin Khaththab RA menemui Nabi saw. di kamar beliau, lalu ‘Umar mendapati beliau tengah berbaring di atas sebuah tikar usang yang pinggirnya telah digerogoti oleh kemiskinan (lapuk).
Tikar membekas di belikat beliau, bantal yang keras membekas di bawah kepala beliau, dan kulit samakan membekas di kepala beliau.
Di salah satu sudut kamar itu terdapat gandum sekitar satu gantang. Di bawah dinding terdapat qarzh (semacam tumbuhan untuk menyamak kulit).
Maka, air mata ‘Umar bin Khaththab RAmeleleh dan ia tidak kuasa menahan tangis karena iba dengan kondisi Nabi saw..

Lalu Nabi saw. bertanya sambil melihat air mata ‘Umar RA yang berjatuhan, “Apa yang membuatmu menangis, Ibnu Khaththab?”
‘Umar RA menjawab dengan kata-kata yang bercampur-aduk dengan air mata dan perasaannya yang terbakar, “Wahai Nabi Allah, bagaimana aku tidak menangis, sedangkan tikar ini membekas di belikat Anda, sedangkan aku tidak melihat apa-apa di lemari Anda? Kisra dan kaisar duduk di atas tilam dari emas dan kasur dari beludru dan sutera, dan dikelilingi buah-buahan dan sungai-sungai, sementara Anda adalah Nabi dan manusia pilihan Allah!”

Lalu Nabi saw. menjawab dengan senyum tersungging di bibir beliau, “Wahai Ibnu Khaththab, kebaikan mereka dipercepat datangnya, dan kebaikan itu pasti terputus. Sementara kita adalah kaum yang kebaikannya ditunda hingga hari akhir. Tidakkah engkau rela jika akhirat untuk kita dan dunia untuk mereka?”
‘Umar menjawab, “Aku rela.” (HR. Hakim, Ibnu Hibban dan Ahmad)

Dalam riwayat lain disebutkan: ‘Umar berkata, “Wahai Rasulullah, sebaiknya Anda memakai tikar yang lebih lembut dari tikar ini.”

Lalu, Nabi saw. menjawab dengan khusyuk dan merendah diri, “Apa urusanku dengan dunia? Perumpamaan diriku dengan dunia itu tidak lain seperti orang yang berkendara di suatu hari di musim panas, lalu ia berteduh di bawah sebuah pohon, kemudian ia pergi dan meninggalkannya.” (HR. Tirmidzi)

******

Jika kehidupan tauladan kita saja sangat sederhana, bahkan jauh di bawah kita,  mengapa kita yang masih dapat memikirkan makanan apa yang akan di makan besok lalu mengeluh mengenai kekurangan secara materi yang terkadang tak beralasan. Karena kata Rasulullah pun kebaikan sejati untuk umat muslim di tunda atau bukan di dunia melainkan di akhirat kelak. Karena Allah Maha Mengetahui, bahwa dunia adalah persinggahan. Jadi tak perlu menggadaikan akhirat yang lebih kekal dengan kebaikan yang berlimpah yang telah Allah persiapkan bagi orang beriman dengan kemewahan dunia yang hanya sementara.

Jauh berbeda apa yang saya lihat di zaman ini, pemimpin (yang notabene adalah wakil rakyat) justru mendapat fasilitas yang sangat mewah. Terlebih lagi dengan apa yang di dapat, mereka tak pernah merasa cukup. Bahkan terus menerus berusaha memperkaya diri dengan berbagai cara. Berbeda dengan rakyat yang mereka pimpin, begitu menderita. Bahkan tembok harta telah membuat batas yang tak bisa di bendung saking tebalnya. Sangat berbeda dengan pemimpin kita Rasulullah Muhammad Shallahu’alaihi wassalaam.

Salah satu penyebab mengapa banyaknya ketimpangan sosial yang terjadi adalah sifat malu yang teramat sangat. Memang benar malu adalah sebagian daripada iman. Tapi malu yang bagaimana? Jikalau malu untuk berbuat maksiat kepada Allah itu bisa di sebut malu yang merupakan sebagian daripada iman. Tapi malu yang tidak diperbolehkan yaitu malu untuk hidup sederhana. Mengapa ?? karena bisa saja dengan bersikap sederhana meskipun Allah menganugerahkan harta yang berlimpah dapat mengurangi kesenjangan sosial. Misalnya, tak ada lagi ajang pamer kemewahan di jalan raya dengan berlomba mengendarai transportasi yang canggih, pakaian-pakaian mewah dengan perhiasan mentereng atau telepon genggam mahal yang berseliweran di jalan yang mampu mengundang para penjambret dadakan (karena terkadang mereka para penjambret bukan sengaja melakukan kejahatan tapi terpaksa karena terdorong ekonomi yang sulit) untuk beraksi.

Karena sederhana bukan berarti hina. Dengan kesederhanaan kita mampu merasakan apa yang terjadi pada orang-orang yang kurang beruntung di banding kita. Selain itu akan melatih hati kita untuk peka akan keadaan sekitar. Sesungguhnya ujian bukan hanya melalui kesulitan tapi juga bisa melalui harta berlimpah. Jika tak pandai kita mengelolanya maka bencana yang akan di dapat.

Karena Allah hanya melihat seseorang dari ketaqwaannya dan bukan dari melimpahnya harta yang di miliki. Orang yang sebenarnya kaya adalah orang yang sederhana namun memiliki sifat mulia. Bahkan harta tak mampu membuatnya berpaling dari Allah.
Allahua’lam.


Sumber: http://www.dakwatuna.com/

Minggu, 04 Maret 2012

Elegi Mutiara Jalanan

Segenggam rintik gerimis sore itu berhamburan memecah mozaik dan sketsa keangkuhan dunia. Ku merayap sejauh pandangan fatamorgana mengaburkan kemilau pelangi. Bersama sebuntal doa dari sahabatku, langkah ini ku bawa pada peraduan kekejaman zaman.
                                                                        ***
Pancaran sinar di pagi ini mengantarkanku pada potongan waktu di lampau itu. Suatu sore saat aku bersamanya di waktu senja.
hayu turun”, kita saling mengajak.
Kami menuruni bus kota tepat di perempatan Buah Batu, salah satu tempat di Kota Bandung. Dengan sedikit ragu kami mulai menyebrang jalan. Di emperan toko obat itu mereka biasa berkumpul selepas “ngamen”. Inilah dunia baruku. Dunia anak jalanan.
Entahlah...
Aku pun tak paham dengan apa yang mereka lakukan. Aku tak tahu dengan apa yang mereka pikirkan. Aku tak mengerti dengan segala misteri jalanan yang penuh dengan elegi.
                                                                        ***
“Heri! heboh sendiri. Heu...”, candaku pada sosok 12 tahun yang tengah mengisap sesuatu di balik buntalan kain. Lem ternyata.
Dia terkekeh ringan...
Beribu penyesalan menggumpal dalam benakku. Mereka menghisap lem sama saja dengan mereka bunuh diri. Bahan yang terkandung di dalamnya adalah bahan-bahan kimia yang berbahaya untuk syaraf. Dan alasan mereka klasik. Nahan laper lah, nahan malu lah dan seabreg alasan lain. Hei..! sadarlah adikku masa depanmu terlalu mahal hanya untuk sekedar ngelem di jalan!. Itulah perjuangan yang sulit saat membina anak jalanan. mengubah paradigma.
Senyuman ringannya membawaku pada satu waktu dimana dia mencurahkan segala penatnya. Aku duduk di pinggirnya, bersampingan menghadap rel kereta yang menyejarah.
Dari sudut matanya mengalir bulir-bulir bening menyiratkan segala kepedihan dan lara atas cobaan hidup yang dialami.
“Ibu Heri sekarang di Arab teh. Jadi TKW tapi ilegal”, ucapnya polos.
“Lha bapakmu kemana?”, tanyaku.
“Bapak ninggalin Heri udah lama. Tapi nggak apa-apa teh, dari pada Heri dipukulin terus sama bapak”, kisahnya.
Heri yang ku kenal adalah sebagai sosok adik yang rajin. Rasa ingin tahu dan semangatnya untuk belajar begitu besar. Sehingga dia pun cepat menyerap materi ketika belajar. Walaupun dengan fasilitas seadanya.
Aku terus menyimak elegi kehidupannya yang sarat makna.
“Heri juga dulu nggak mau jadi gelandangan kayak gini teh. Tapi heri kabur dari rumah nenek. Nenek galak”, lanjutnya mengalir.
“Hmm...jadi nenekmu masih ada”, timpalku datar.
“Iya tapi Heri gak mau pulang. Heri mau bebas...”, tuturnya dengan pandangan kosong.
Ya Rabb...anak seumuran dia tidak seharusnya menganggung beban hidup seberat ini. Keluarganya yang carut marut, kehidupan jalanan yang teramat liar dan sadis membuatku mengelus dada dan mereka-reka kira-kira apa yang bisa ku perbuat.
                                                                        ***
Di emperan toko obat itu..
Kami mulai melangkahkan kaki menghampiri kumpulan seniman jalanan itu. Itulah kali pertama kami terjun langsung untuk pendekatan dan pendataan anak jalanan. Setelah saling sapa, mba Iis menyampaikan maksud kedatangan kami.
Dengan tidak memberi harapan selangit dan kami jelaskan bahwa tidak banyak yang bisa kami lakukan untuk mereka. Tapi yang jelas niat kami tulus untuk perlahan bersama-sama mengubah keadaan mereka. Kami sadar itu memang tak mudah mereka terima. Yang ada dalam otak mereka adalah uang, uang dan uang. Maka ketika kami tawarkan untuk belajar, mereka hanya diam tanda tidak setuju.
“Nis, hayu ngisi ini”, kata mba Iis pada Anisa sebari menyodorkan selembar kertas pendataan.
Wajahnya tertunduk saat ibunya memberi suatu isyarat. Aku paham itu.
“Ayooo”, lanjut mba Iis ramah.
“Nggak mau ah, ntar dimarahin mamah. Terus nggak bisa nulisnya”, timpalnya tersipu malu.
“Oooh, ya udah sini teteh ajarin”, ajak akhwat srowberi itu.
Untuk hari pertama itu kami hanya mendapat data dua anak. Oooh, ternyata tidak mudah.
Akhirnya kami memutuskan untuk pulang dulu karena siang mulai menampakkan rona malamnya yang anggun.
                                                                        ***
Setelah beberapa bulan aku tak lagi singgah untuk membina anak jalanan ke rel kereta di Kiara Condong rumah “Keluarga” uniqku. Karena alasan pribadi yang maknanya masih ku cari hingga kini. Aku menjadi seperti terasing di sana.
Dalam angkot dan bus kota, ku amati sepanjang jalan. Mereka hadir melambaikan harapan dan menyeru memanggilku. Bahkan tak jarang lamunanku membuatku turun dari angkot terlalu jauh.
Aku putuskan untuk kembali  kepada adik-adikku.
                                                                        ***
“Apa-apan ini!!!”, gertak salah seorang berambut pirang dengan badan bertato.
“Ini kami dari FSLDK lagi ngadain pendataan uuun...”, jawab mba Iis dengan penjelasannya yang terperkosa.
“Saya ingetin ya teh, kami nggak mau kalau adik-adik kami di sini dimanfaatkan oleh kalian hanya untuk mendapatkan dana!”, ucapnya sangar memotong penjelasan mba Iis.
“Awas aja kalo mereka disuruh-suruh buat demo!”, tambahnya dengan mata melotot.
“Nggak kami cuma pengen ngadain pembelajaran di sini”, jawabku pendek.
Hoho...kami terjebak dalam situasi yang dilematis. “Ua-nya” anak jalanan di Buah Batu memergoki kami saat pendataan. Mau tidak mau kami harus berurusan dengannya sampai masalahnya bisa clear.
Ternyata salah strategi. Kami belum sempat meminta izin pada “empunya” jalan di sana. Parahnya kami nggak ngeh kalo dunia jalanan ternyata memang beda dengan dunia keseharianku selama ini.
Sungguh pelajaran yang teramat berharga untuk dilewatkan.
“Menurut hemat saya anak-anak nggak butuh belajar. Kalau waktu mereka buat belajar lalu dari mana kami dapet uang buat makan?”, tuturnya begitu diplomatis.
“Pokoknya teteh berdua jangan pulang dulu!”, anacamnya.
“Tapi udah malam, kami harus pulang”, pinta mba Iis.
“Nggak bisa! Sekarang silahkan kalian sholat dulu. Nanti ngobrol lagi di teras mesjid”, tawarnya.
?????
Aneh memang, preman jalanan ngizinin kita sholat?. Subhanallah..
                                                                        ***
Candra si kecil imut mengejar dan badannya yang sedikit gemuk bergelantungan di tangan kananku. Aku rindu suasana ini.
Teteh, kamana wae. Meni tara kadieu”, Tanya Candra dengan logat sundanya yang sedikit kasar.
Aya wae ah, Candra kumaha belajarna. Geus pinter can?”, tanyaku.
Entin, Wahyu, Heri, Feri dan kawan-kawan mengejarku.
“Teteh hayu urang diajar...”, pinta mereka.
Hmm...aku nggak bawa peralatan.
Ditemani Tika dan Rio, kami kebingungan. Sedangkan dari kejauhan sana, ibu dan bapak mereka memanggil-manggil nama anaknya masing-masing.
“Hei...anjing, ngamen siah!”, panggil bapak Candra dengan mengeluarkan bahasa “kebangsaannya”.
Dengan menggerutu kelihatan dia sangat marah saat tahu anak-anak akan belajar. Tapi anak-anak tetap keukeuh pengen belajar. Jadi bingung. Cari aman aja deh...Kami antarkan anak-anak itu mendekati jalan dan orang tua mereka. Apa daya, semua anak-anak tidak mau ngamen. Mereka bersembunyi di belakang kami bertiga.
Goblog maneh!”, cerca salah seorang ibu yang memarahi anaknya karena tak mau ngamen.
“Prayyy!”, di pinggir kami bapak Candra juga marah dan membanting gitar yang selama ini jadi sumber penghasilan mereka.
Kami bertiga berpandangan. Hmmm...”kayaknya kita cari aman dulu deeh”, kata Rio.
“Iya lah daripada nambah masalah dan jangan sampai jadi panjang masalahnya”, tambah Tika.
Kami memahamkan anak-anak. Mereka pun kelihatan takut setelah melihat kemarahan orang tuanya. Terpaksa minggu itu tak ada pembelajaran hanya say hai doang yang penting silaturahim tidak putus. Walaupun tidak jarang kami harus menggadaikan kenyamanan kami untuk anak-anak.
                                                                        ***
“Bisa bantuin kita nggak, ada preman yang nggak ngizinin kita pulang. Tadi pas pendataan dikiranya macem-macem”, mba Iis menghubungi salah seorang senior.
“Sekarang posisinya dimana? Santai aja. Nggak akan ada apa-apa, nanti ada yang kesana”, jawabnya menenangkan.
Kami keluar...
Setelah sholat preman itu sudah duluan duduk di teras mesjid bersama satu orang temannya.
“Haduuuuh lapeeer mbaa”, bisikku ke mba Iis.
Kami shaum dan belum buka saat itu.
“Oia, kenalin nama saya Slamet Riyadi panggil aja komet dan ini teman saya Ujang”
“Ukhti, sekarang bagaimana? Masih di tempat”, Akh Dendi menghubungi mba Iis.
“Sekarang kalian disana kalian tenang saja, kami siap kesana dengan membawa polisi”, lanjutnya.
“Hah!..nggak usah. Nanti juga ada yang mau kesini”, jawab mba Iis.
“Oooh, jadi gimana?”, tanyanya heran.
“Iya, nggak usah”, timpal mba Iis ringan.
Kita duduk melingkar. Posisiku dan mba Iis bagai dua terdakwa yang tak bisa berkutat.
            “Sueeeer gue laper banget”, batinku dalam hati.
Sekitar isya senior kami datang dengan beberapa orang. Mereka ngobrol ngalor-ngidul dengan Komet, sampai akhirnya menenukan kesepakatan bersama. Komet dan Ujang pamit.
“Besok-besok harus lebih hati-hati lagi”, ujar senior kami.
“Iyaaa...”, jawab kami serentak.
Saat akan pamit pulang. Senior kami melarang kami untuk pulang naik bus. Akhirnya ada dua orang yang siap mengantarkan kami. Aarrghh, kaya kebalik ditawannya bukan sama preman tapi sama senior.
                                                                        ***
Tiap pekan kita turun ke jalan untuk pembinaan di stasion Kiara Condong. Bukan tak punya kesibukan lain. Saya mahasiswa yang selalu disibukkan tugas kuliah. Saya juga punya keluarga yang mengharapkan kehadiranku di rumah. Saya juga butuh istirahat. Tapi nasib anak jalanan, calon generasi penerus bangsa juga menyita perhatianku. Walaupun pada awalnya pembinaan kami lakukan di perempatan Buah Batu. Namun ternyata disana sudah ada komunitas lain yang memegang.
Di stasion Kiara Condong kami membina mutiara-mutiara  jalanan sejak Juli 2010. Ada sekitar 30 anak binaan pada awalnya. Seiring berjalannya waktu kadang bertambah kadang berkurang. Biasalah seleksi alam.
“Nay, kemana aja uda lama nggak kelihatan di jalan”, tanyaku pada Nayla.
Seorang remaja berusia 16 tahun asal Bogor yang kerap menyayat tangannya menggunakan piasu.
“Aku pulang Kak, disuruh pulang dulu sama mamah”, jawabnya..
“Teh”, Nayla  memanggilku dan mengangkat lengan tangannya kedepan wajahku.
“MasyaAllah Nay, itu kenapa”, tanyaku kaget.
Tangannya merah-merah seperti bekas sayatan benda semacam silet atau pisau. Aku sampai ngilu melihatnya. Dia kerap bercerita, nggak betah tinggal di rumah.
            “Ini aku sayat pake silet”, timpalnya ringan.       
            “Kenapa Nay? Emang nggak sakit”, tambahku sambil meringis.
            “hmm, enggak ko teh. Nanti darahnya aku isep”, tuturnya santai.
            “Aku ditinggalin pacar aku teh, terus mamah sama bapak suka berantem mulu. Pusing tahu teh!”, tambahnya sedikit emosi.
            “Iya, ngerti. Tapi tahu nggak Nay. Itu tuh nggak boleh...”, ujarku merendah.
“Hmm..Nay tubuh kita ini kan titipan Allah...terus kalau kita rusak kayak gitu sama aja nggak bersyukur. Iya nggak?”, tambahku.
            “Iya teh”, Nay mengangguk pelan.
            “Teh Nay pengen pake kerudung kayak teteh doong”, pintanya menyambar hatiku yang masih khawatir dengan adikku yang satu ini.
            Aku tertunduk. Merambah dunia ide ku yang mengangkasa dan menakjubi apa yang diucapkan Nayla.
            Alhamdulillah. Aku bersujud...
                                                                        ***
            Komet. Sahabat baru ku di jalan. Kini dia tergolek lemah tak berdaya di bangsal putih Rumah Sakit Hasan Sadikin. Kami menungguinya bergantian. Nafasnya tersengal-sengal. Komplikasi yang dideritanya kini tidak lain dan tidak bukan karena kebiasaan buruknya selama bertahun-tahun hidup di jalanan.
            Ngelem. Minum-minuman keras. Panas kepanasan. Hujan kehujanan. Lalu siapa yang salah dari semua ini? Sungguh tak ada satu orang pun yang menginginkan hidup sengsara apalagi dengan kerasnya kehidupan liar jalanan. Lalu apa yang membuat mereka bertahan? Entahlah. Misteri, unique dan menggelikan.
            Tidak mudah memang membawa mereka untuk kembali hidup normal. Terlalu berharga mungkin, pendapatan yang mereka hasilkan tiap detiknya. Fantastis. Hanya dengan modal berani, tak perduli dengan rasa malu. Uang memang terkadang menjadi segalanya bagi manusia. Segalanya...
                                                                        ***
            Hmm...dalam terik panas itu aku mengusap keringat mengalir di dahiku. Sepeda merahku menemaniku berangkat menuju tempat pembinaan anak jalanan di Stasion Kiara Condong. Sepeda ontelku yang tua. Pancaran siang itu menghangatkan. Lelahnya lutut ini mengayuh. Sungguh semakin membuatku bersemangat.
            Namun, suatu hari pada ruangan yayasan itu aku tersentak. Dadaku mendadak sesak. Badanku bergidik dan suhu badanku mulai naik di tambah perut mual. Tak karuan. Semua berawal dari informasi bahwa akan di adakan penyuluhan kesehatan kepada anak-anak jalanan dari puskesmas Kiara Condong.
            Rabu itu aku datang dengan sumringah. Paling tidak adik-adikku yang tak pernah mendapatkan fasilitas kesehatan, bahkan ketika mereka sakitpun. Hanya menunggu sembuh itu datang dengan sendirinya. Kini ada yang memperhatikan.
            Tapi kemudian harapanku pupus. Setelah semuanya berkumpul dalam satu ruangan, menunggu dimulainya acara penyuluhan. Tak ku sangka. Hari itu tak ada penyuluhan. Tak ada penyuluhan kesehatan. Dari mana pun. Saat orang yang menghubungi kami bilang akan di adakan penyuluhan, dia datang dengan dua rombongan mobil. Saat turun, dia memperkenalkan diri.
            “Siang, itu pak pendeta. Yang masih muda calon pendetanya dan selebihnya para anggota dari gereja”, ungkap seorang ibu yang mengaku bekerja di puskesmas.
            Para anggota gereja itu berbondong-bondong membawa sekitar lima keresek besar berisi makanan, pakaian dan buku. Sungguh aku bukan fanatik. Tak juga sedang membeda-bedakan agama. Tapi sepanjang aku hidup bersama adik-adik di jalanan tak jarang kekurangan mereka dimanfaatkan oleh orang-orang yang tak bertanggungjawab.             Dengan segala kekurangan yang dimiliki ku yakin tak sedikitpun niat dalan diri untuk menjual akidah dan keyakinan mereka. Aku yakin itu. Aku yakin sangat yakin.
                                                                        ***
            Innalillahi wainnaillahi rajiun. Komet meninggalkan kami pada usia yang masih muda. Orang yang dulu sempat menjadi rival kami di jalanan ternyata tak sebejat yang kami bayangkan. Semua manusia sama mempunyai kecenderungan untuk berbuat baik.
            Satu pesan darinya, “Teruslah membimbing adik-adik di jalan. Mereka pasti berubah lebih baik, suatu saat...”
            Kami sungguh tak membeda-bedakan. Baik yang di lampu merah Buah Batu maupun di Stasion Kiara Condong semua  adik-adik kami yang luar biasa.
            Satu kesedihan yang hingga sekarang tak terbantahkan adalah ketika ku tanya pada mereka tentang cita-cita masa depan. Mereka tertunduk. Malu. Pesimis. Terperkosa oleh tekanan pegangan hidup yang membelenggu jiwa.
            Bahkan mereka tak berani hanya untuk menyatakan, “Saya ingin berhenti jadi gelandangan”.
Kuatkan aku Rabb. Ku mohon...

                                                                                    Siti Patimah Desember 2011
Nama Pena : Sipat Sang Inspirator