Rabu, 01 Februari 2012

Semangat Gerak Dakwah Kampus Menuju Semangat Membangun Indonesia Madani


Oh, alangkah mencengangkan keberanian mereka dalam kebatilan
Dan lesu kalian dalam memperjuangkan hak
Oh, ajaib nian ketika kalian jadi sasaran tembak
Kalian diserang dan tak balas menyerang
Allah ditentang dan kalian senang.
_Imam Ali bin Abi Thalib R.A_

Susah memulai. Itu adalah kalimat klasik yang sering menghinggapi siapa saja, dimana saja, tentang apa saja yang harusnya dilakukan. Termasuk tentang satu poin kecil yang sering kali dianggap sepele dalam dakwah, di ranah manapun. Atau mungkin, tak pernah dibahas sama sekali dalam banjir kajian da’wiy di manapun. Satu poin kecil itu adalah semangat, ghiroh, passion, atau apapun kita menyebutnya.
Ibarat mobil yang sudah sangat bagus mesinnya, sudah sangat mulus bodynya, sudah sangat nyaman penggunaannya, tapi tanpa bensin. Manalah bisa mobil itu bergerak..? betul..? betul..? betul..?. begitu juga dengan kader dakwah kampus. Ketika manhaj dakwah sudah menggerayangi otak, prinsip tsawabbit wa mutaghayarat dalam dakwah sudah mengakar, ketika buku-buku dakwah sudah memupuki kefahaman, mengapa mobil ini tak juga  berangkat..?

“Apa kabar penghafal sekian banyak ayat, pelahap sekian banyak kitab dan pembahas sekian banyak qadhaya yang belum beranjak dari tataran tahu untuk bersiap menuju mau?.”
Ust. Rahmat Abdullah.

Kemauan. Itu adalah nama lain dari semangat. Bahkan dalam kamus, semangat dipaparkan sebagai kemauan yang besar. Kemauan yang besar ini adalah bensin bagi setiap kerja mobil, kemauan yang besar ini adalah amunisi bagi setiap senapan yang digunakan dalam tiap pertempuran. Kemauan yang besar ini mungkin bukan segalanya. Tapi tanpa kemauan yang besar, segalanya menjadi lebih berat membebani pundak-pundak kader dakwah kampus.
Bila semangat berarti kemauan, maka pertanyaan besar mulai timbul di jejaring membran sel-sel otak. Kemauan untuk apa?. Seorang bayi menangis dengan semangat karena memiliki kemauan yang kuat untuk mendapatkan ASI, seorang atlit marathon berlari dengan semangat karena memiliki kemauan untuk memenangkan perlombaan dengan sampai pada tujuan paling awal. Begitu hukum alam, seseorang akan bersemangat karena kemauan yang besar untuk mendapatkan sesuatu. Lantas, apa yang seharusnya menjadi kemauan terbesar bagi dakwah kampus sehingga tiap geraknya penuh semangat..?

“ Kita sedang membangun sebuah PERADABAN,
bukan KEKUASAAN Bung..!”
_Slide perkenalan LDK Salam UI X3_

Yups!. Sebuah peradaban ikhwah fillah. Sebuah peradaban adalah garis finish kita. Sebuah peradaban adalah goal getter kita. Bukan sebuah kekuasaan semu yang jaya pada suatu waktu lalu digulingkan dengan mudah pada waktu berikutnya. Suatu peradaban yang memerlukan beratus tahun untuk menaklukannya. Sebuah peradaban yang memerlukan jutaan orang mati dalam peperangan untuk menjatuhkannya. Sebuah peradaban yang gemilang dengan kita para mujahid dan mujahidah sebagai pemimpinnya. Adakah kita lupa bahwa peradaban kita sesungguhnya pernah Berjaya menaungi dua pertiga dunia?. Bukan hanya kekuasaan semu merebut bangku-bangku politik tanpa solusi kongkrit. Tidakkah tujuan kita cukup menggiurkan?.
Tak pantaskah kita menjemput tujuan kita dengan semangat menggebu yang mampu menciutkan nyali setiap musuh?. Tak pantaskah kita berjuang menggapainya dengan menyuguhkan senyuman terindah yang kita miliki. Dengan takbir menggelegar. Dan dengan keinginan kuat untuk menggali dan terus menggali segenap ilmu tentang bagaimana peradaban itu kita raih. Tak ahsan kah kita bersemangat dalam tiap hentakan kaki menuju kemenangan hakiki?.
Mungkin, jalan dakwah kita tak selalu bertaburan bunga. Karna pada nyatanya sifat jalan dakwah itu memang jalan yang terjal, panjang, lagi sepi. Jalan ini benar-benar tidak bisa membuat seorangpun memiliki semangat yang tahan lama. Bahkan mobil yang sudah full bahan bakar sekalipun tak akan bertahan lama jika melaju di jalan ini. Tapi, kita selalu memiliki pilihan lain.
Kembali ke pengibaratan. Semangat ibarat bahan bakar. Semangat ibarat bensin. Dan kita tahu bahwa bensin juga memiliki beberapa jenis. Ada yang hemat dan tahan lama, ada yang boros tapi cepat, dan adapula yang membuat mesih rusak. Begitu juga dengan semangat.
Semangat yang membuat mesin rusak adalah semangat yang didasari dengan ambisi akan eksistensi, ingin dipuji orang sebagai aktivis dakwah, ingin dilihat orang sebagai seseorang yang padat akan perjuangan dakwah. Semangat tipe ini merusak mesin kita, yaitu hati. Semangat yang boros tapi cepat adalah semangat kepanitiaan yang didasari oleh hasrat berorganisasi, mengatur orang lain, menjadi pemimpin, atau sekedar tak mau dicap sebagai kader yang tidak amanah. Semangat tipe ini memang cepat, tapi boros karena akan habis seiring habisnya agenda di kepanitiaan. Dan yang terakhir adalah semangat yang hemat dan tahan lama. Adalah ghiroh, ghiroh yang diiringi dengan rukhiyah yang selalu terjaga. Ghiroh yang selalu terbawa bersama tiap doa rabithah. Ghiroh yang berasal dari Allah, dan selalu akan terjaga saat hati kita juga benar-benar menuju Allah.
Pada akhirnya, berangkat dari sanalah para pahlawan Indonesia hadir. Para pahlawan yang mampu memberikan karya-karya terbaiknya untuk Indonesia. Para pahlawan yang mengizinkan dirinya melayani mimpi-mimpi besarnya tentang Indonesia yang Madani. Sebagaimana kita ketahui bahwa Kampus adalah miniatur Negara. Kelak, kita lah yang berkontribusi melayani negeri ini dengan semangat yang tak pernah padam untuk lebih baik lagi.

“Para pahlwan mukmin sejati selalu unggul dalam kekuatan spiritual dan semangat hidup. Senantiasa ada gelombang gairah kehidupan yang bertalu-talu dalam jiwa mereka. Itulah yang membuat sorot mata mereka selalu tajam, di balik kelembutan sikap mereka. Itulah yang membuat mereka selalu penuh harap, di saat virus keputusasaan mematikan semangat hidup orang lain”
_Anis Matta_Mencari Pahlawan Indonesia_

So, semangat terus akhi..! Semangat terus ukhti..!. “ Tetaplah Bertahan Dan Bersiap Siagalah”. Wallohua’lam.

By : Widia F Gusniarti (LDM UIN Sunan Gunung Jati, Bandung)

0 comments:

Posting Komentar